Assalamualaikum kawan-kawan blogger sekalian. Saya ingin berbagi sebuah pengalaman kecil dan sederhana namun sangat bermakna dalam kehidupan saya. Tulisan saya ini terinspirasi dari teman-teman blogger maupun aktifis opensource dan free software di sosial media mengenai sebuah pilihan. Ya, pilihan untuk beralih sepenuhnya ke sistem operasi bebas.
Sebenarnya saya sudah mengenal sistem operasi berbasis Open Source sejak SMK. 6 tahun yang lalu saya memilih jurusan TKJ (Teknik Komputer Jaringan) di sekolah menengah kejuruan di kota Jember. Saat itu saya benar-benar buta dengan dunia Free software maupun opensource. Kenal hardisk, flashdisk dan cara mengoperasikan komputer saja sudah sangat alhamdulillah bagi saya. Sejalannya waktu, saya terus belajar bersama teman-teman saya. Pertama kali saya mengenal komputer, saya hanya mengenal bagian desktopnya saja. Dekstop legendaris dengan foto khas padang rumput hijau dan langit biru yang cerah. Saya tidak pernah tau, proses-proses rumit di dalamnya. Hampir semua warnet (sangat populer di masa itu) memajang wallpaper padang rumput tersebut. Tersedia banyak game dan juga aplikasi chatting populer lainnya(mesin pencari belum begitu tekenal pada masa itu).
Saya sudah terbiasa memakai sistem operasi itu. Tanpa tau apa itu sistem operasi dan kegunaannya. Saya pikir tidak ada masalah dan semua baik-baik saja. Waktu itu, saya pernah mendengar seklias tentang bajakan. Namun, saya hanya berfikir itu hanya dilakukan oleh orang orang yang memakai baju hitam dan mencari tempat gelap untuk berjualan (sungguh polos sekali :D).
Pada tahun kedua pendidikan SMK, saya berkenalan dengan sistem operasi hitam putih dengan tulisan kecil-kecil dan tampak kuno. Itu kesan pertama saya memakai sistem operasi unix-like. Pada saat itu, saya mulai mengerti apa itu sistem operasi. Namun, hanya sebatas program agar komputer berjalan dengan baik. Saat itu, seorang guru memberi tugas untuk menginstall sebuah sistem operasi. Orang-orang memanggilnya debian. Benar-benar terdengar asing. Bahkan saya belum tau kata “linux” saat itu.
Pertama kali saya dan teman-teman saya menginstall debian, hal yang pertama yang ada dalam pikiran kita adalah tampilan. Tampak tak menarik, monoton. Berbeda dengan sistem operasi padang rumput hijau. Saat itu kami berpikir ini akan menjadi rumit dan tidak menyenangkan. Kami benar-benar sangat terbiasa dengan sistem operasi berbasis windows pada saat itu. Sehingga sistem operasi lain tampak tidak menari dan kaku. Karena pada saat itu mempelajari debian merupakan materi untuk ujian, mau tidak mau kami harus berkenalan lebih dalam dengan debian. Kala itu saya hanya memperhatikan dan sedikit baca-baca modul tentang penginstalan debian. Banyak hal yang tidak saya pahami. Dan makin banyak setelah dipraktekkan. Saya juga belum memiliki komputer pribadi saat itu. Jadi pembelajaran tentang sistem operasi hanya sampai disitu. Sekedar tau saja. Lalu terlupakan.
Sejak mengenal Konsep Free Software, saya semakin mantap untuk menggunakannya. Free software merupakan konsep paling bermanfaat bagi saya. Dengan Prinisip yang dibawa Free Software saya bisa belajar sekaligus berkontribusi mengembangkan aplikasi bersama-sama komunitas tanpa khawatir masalah lisensi yang mengikat.